Saat Manusia dan Mesin Berebut Makanan
by djajendra @ 2008-10-18 – 21:05:40
"Saat Manusia Tidak Mampu Membawa Diri Hanya Untuk Sekedar Berbagi Makanan Dengan Yang Lain, Maka Akan Tersisalah Manusia-Manusia Tanpa Cinta Dan Tanpa Kepedulian Pada Kehidupan Orang lain."-Djajendra
Tujuan kehidupan kini menjadi semakin abstrak dan tergantung pada mimpi-mimpi kekuatan bisnis, yang memaksa banyak orang tak berdaya, bertindak dan berpikir seperti yang mereka kehendaki.
Jika selama ini biji-bijian seperti jagung dan kacang-kacangan hanya diperebutkan oleh manusia dan hewan ternak sebagai bahan makanan, saat ini muncul kompetitor baru, yaitu mesin-mesin yang menginginkan makanan manusia dan ternak itu dalam bentuk minuman segar yang bernama biofuel.
Reaksi pun muncul dari sebagian masyarakat dunia yang tidak setuju dengan niat mengkonversi makanan manusia dan ternak itu menjadi makanan para mesin. Tapi sang kekuatan bisnis tetap ngotot ingin mengkonversi jagung, kacang-kacangan, dan biji-bijian lainnya menjadi biofuel untuk mengantipasi langkanya sumber minyak fosil dunia saat ini. Lantas, apakah manusia dan hewan bakal kelaparan dan tersingkir oleh kekuatan bisnis super power dan kebutuhan para mesin?
Jawabannya bisa sangat beragam dan tergantung dari sudut kepentingan siapa dan apa. Lantas, apakah kekuatan bisnis superpower akan semakin serakah untuk mengisi pundi-pundi kekayaan semu mereka dengan melaparkan manusia? Waktu yang akan memberikan jawaban. Kita harus selalu berpikir positif mengenai semua rencana hebat dari pemimpin dunia yang berjanji menyejahterakan kehidupan manusia di planet bumi kita ini.
Saat ini semua lembaga elit dunia sedang membicarakan masalah kekurangan pangan. Setiap hari, permasalahan pangan ini menjadi bahan perdebatan dan pembahasan para pakar dan politisi dengan berbagai macam konsep dan teori dari sudut pandang mereka. Sementara masyarakat kebanyakan merasa lelah, sebab energi dari jiwa, raga, dan pikiran telah terkuras habis hanya untuk memikirkan tidak cukupnya penghasilan untuk membiayai hidup mereka. Ketimpangan ekonomi dunia dan ketidakseimbangan kesejahteraan ini, akan menjadi bom waktu yang suatu saat berpotensi 'meledak'.
Masyarakat dunia tidak hanya bermasalah dengan kurangnya sumber bahan makanan, tapi juga daya beli masyarakat yang secara terus-menerus terdegradasi ke level sangat rendah. Jelas, turunnya daya beli masyarakat adalah persoalan yang timbul akibat perkonomian yang buruk sehingga muncul inflasi. Walaupun pemerintah mampu menjaga ketersediaan bahan baku pangan, bila daya beli merosot terus, mereka akan tetap menderita kelaparan. Ini, tentu saja, sangat berbahaya bagi stabilitas kehidupan.
Berbagai isu lonjakan harga pangan yang melanda dunia saat ini, disebabkan oleh sikap segelintir pemodal besar yang atas nama investasi memperjudikan beras, kedelai, gandum, sawit, jagung, dan lain sebagainya di bursa komoditas. Kenaikan harga-harga yang kita dengar setiap hari adalah harga hasil perjudian, yang tidak memberi manfaat apa-apa bagi pemerataan ekonomi dunia dan kemakmuran para petani.
Saat ini harga pangan dunia diatur dan dikendalikan oleh para penjudi, yang haus dan serakah untuk mendapatkan keuntungan besar, tanpa peduli pada persoalan kelaparan dunia. Yang ada di otak mereka hanyalah keinginan memperkaya diri, dengan segala cara.
Para penjudi juga telah sukses memporakporandakan energi dunia melalui perjudian mereka atas bahan bakar fosil, yang kini harganya telah mencatat sejarah tertinggi di kehidupan manusia. Dan, tentu saja yang menikmati lezatnya keuntungan dari kenaikan harga bahan bakar fosil tersebut adalah para penjudi yang memiliki stock di kertas mereka. Para penjudi ini telah membuat masyarakat di negara-negara berkembang dan miskin menjadi semakin sengsara dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
Globalisasi telah membuat para penjudi superpower semakin perkasa untuk mengeruk keuntungan dari seluruh penjuru dunia buat mengisi pundi-pundi kekayaan mereka, agar mereka tetap kenyang dan glamor.
Saat ini sebagian besar dari penduduk dunia ketiga sedang bersaing ketat dengan hewan dan mesin untuk mendapatkan makanan. Para penjudi superpower ini tersenyum penuh kemenangan dari bursa komoditas yang mereka kendalikan. Apakah ini artinya manusia satu telah mengkanibalisasi manusia yang lain? Hanya suara–suara kejujuran dan kebenaran lah yang mampu menjawabnya.